800 km to heaven

800 km to heaven (jalur darat)


jika kamu pernah mengecap pendidikan bangku sekolah dasar mungkin kamu ingat dengan tugas mengarang bahasa indonesia, sepulang kau liburan caturwulan atau kenaikan kelas sang guru yang

biasanya berjenis kelamin perempuan menyuruh kamu untuk menulis pengalaman selama kamu terlepas dari beban pelajaran dan bersenang-senang, mengunjungi kakek di desa atau pergi ke kebun

binatang melihat jerapah berkaki empat dan berleher panjang. ahh masa lalu itu hanya bagian kecil yang perlu kita iris dan sajikan bersama mie instant..
begitupun kali ini ketika intuisi terperangkap kamar mandi dan menguap, aku tak mampu menuangkan bahasa kedalam gelas kaca. hingga waktu membuatkan satu bagian kertas kosong diatas tempat

tidurku yg kumuh.

itu aku yag sedang menunggu hujan cahaya di pintu masuk semesta yang perawan. yang kau abadikan dengan menangkap bayangan dalam bentuk digital diantara retakan-retakan pagi yang terkelupas.

butuh waktu 26 jam untuk seperti ini.

malam yang sangat biasa setelah 21 hari berada di jalur keringat. dan juragan hanya memberiku 5 hari untuk bernapas, tanpa perlu bangun pagi dan menghadiri serangkaian meeting yang menjemukkan, itu

dia kawanku datang membawa kuaci, semacam ritual wajib untuk kita bersenda gurau dan membunuh waktu. risma namanya, tak perlu kujelaskan bentuk dan rupanya, yang jelas dia satu diantara satu

milyar dua puluh tiga kaum hawa yang ada di permukaan bumi. kawan seangkatan, produk kota bandung juga.. begini keadaannya, sangat jarang sekali kami memiliki waktu yang sama untuk berada di luar

kota ini. sangat sederhana kami memutuskan untuk pergi melancong, antara banjarmasin dan tarakan. sepakat untuk menyuruh kawan kami billvan yang seangkatan juga untuk googling kedua tempat itu di

dunia maya, dan oke, berau, pulau derawan jadi simpul mati arah.

yah itu dia, banyak sekali pertimbangan bagaimana kita menuju kesana, jalur darat, laut atau udara, asalkan tak membuat 3355 hanya sekedar notifikasi bulan ini. jangan sampai sama dengan kita pulang

ke pulau jawa dan bercengkrama dengan tanah kelahiran, melihat puncak manglayang di belakang rumah dan memperhatikan perempuan putih abu dari balik atap. padahal mbah google sudah sangat

terbuka menjawab semua tentang pertanyaan kami, tentang jalan, tentang peta dan tentang merogoh kantong dalam-dalam, namun smua menjadi sia-sia, kami telah menghianati Larry Page dan Sergey

Brin, dengan satu hal yang kami sebut dengan ide bodoh abad ini, menyewa mobil sampai kami putus asa dan kembali lagi. baiklah kita bagi tugas besok pagi, sekarang waktunya membenamkan diri dalam

lautan malam dan tertidur.

oh itu yang di sebut pagi begitu cepat datang sebelum sempat kutinggalkan, aku terbangun dengan kondisi kamar yang mengenaskan, siapapun enggan hidup didalamnya, ini lebih memalukan daripada

gagal audisi penyanyi pop, aku lebih baik terus-terusan bekerja menjadi kuli daripada menyaksikan pemandangan di sekitarku. tak ada waktu menyesali hidup bung, kami harus bergerak mencari mobil

sewaan, mencari perbekalan dan mencari peta. baiklah sekarang sudah hampir siang, mobil sejuta umat sudah di depan kamar, macam kena gusur saja kita, menyeret-nyeret tas dan menjejalkannya

kedalam kotak besi berjalan itu, sunggu sangat merah marun. perjalanan di mulai.

jika tuan sedang memperhatikan kami yang merasa muda berada dalam kotak besi merah marun berjalan memotong peta, maka niscaya tuan akan mematahkan daun pintu dan melemparkannya ke arah

kami, agar semangat kami luluh oleh panjangnya perjalanan yang akan di tempuh, Maka tuhan yang maha jagoan akan memberi soal dalam kertas ujian yang berisi : bagaimana caranya melewati kubangan

lumpur dengan kendaraan 2wd? bagaimana caranya menahan kantuk selama 24 jam tanpa berhenti buang air dan makan? bagaimana caranya agar kendaraan kami tidak berada di dalam jurang? dan

bagaimana kita melewati gelap malam dengan bahan bakar tinggal setetes? kami tidak tau jawaban nya, tapi kami berhasil melewatinya.

maka kami telah tiba di jalan KM, lalu itu sungai mahakam, samarinda tempatnya, sedikit lagi lempake sebelum bontang dan sangata. setelah itu wahau yang mengerikan, lalu berau yang sangat rapih dan

itu dia tanjung batu berada 800 km dari balikpapan tempat kemarin pagi aku mengupas hidup dalam spektrum yang berantakan. lalu menyebrangi selat dan itu dia pulau impian kami, derawan yang

perawan. sepanjang 30 menit di atas air tak henti2nya kami menampar diri sendiri dan meludahkan mata kesetiap sudut landscape, bagaimana tidak, setelah putus asa karena jalan kami terhalang truck

yang terjerembap di lumpur wahao, ini adalah hadiah atas rasa penasaran kami selama 26 jam.. kau tau bung, aku bisa melihat ikan dan terumbu karang dengan telanjang mata dari atas sini, dari atas

speedboat.. teruslah mencari batas antara air dan langit yang takan pernah kau temukan, hanya bergumpal awan putih yang membedakan keduanya. itu dia dermaga hotel, sangat exlusive seperti jalan

menuju literasi kebesaran Nya. sepanjang 100 meter yg menjernihkan pikiran, saat kuinjak pasir itu, kulupakan segalanya tentang kantung keringat dan mata uang dalam lingkaran ekonomi kaum rig. aku

hanya ingin menikmati sore ini dengan sedikit cahaya yang tersisa di ujung sana. perlahan gelap mengusir keindahan itu dan menggantinya dengan yang lain, tak ingin ku tertidur, begitu ku tak bisa mencari

batas bumi dan langit diantara malam untuk kedua kalinya, waktu yang tak tepat untuk membuat puisi merah jambu.. meski langit menyisakan kotoran cahaya di pelatarannya yang agung, bintang telah

mengambil alih langit dengan sikapnya membentuk rasi, dan aku mulai tertidur lelap.

pemandangan yg berbeda saat bumi menunjukkan identitasny lewat hujan kecil di pagi hari, meski langit tetap berwarna biru dan pasir itu masih putih. aku berlari mendahului muadzin di surau itu.

menunggu matahari merangkak.

kami sepenuhnya sadar bung, pengetahuan kami masih dangkal meski kamera sekelas DSLR, tapi apa yang kami tangkap cukup menjadi bukti bahwa kami pernah menampakkan diri di tempat itu, sebuah

pulau kecil berukuran 1000 x 1500 m, hanya butuh waktu satu jam untuk mengelilinginya. ini adalah smallcity, ada struktur organisasi dan pemerintahan dengan peralatan sosial yg lengkap, sekolah,

warung, majelis taklim, hotel, homestay, tower pemancar, puskesmas, pembangkit listrik hybrid, sampai militer. mungkin hanya manusia perokoklah satu-satunya sumber polusi disini. dan semua yang kau

lihat adalah gambar yang sama ketika kau melihat gambar kalender dan majalah, dan ini nyata, di hadapanmu, bisa kau sentuh, bisa kau rasakan. waktu kami hanya 6 jam untuk mentafakuri peristiwa ini,

banyak hal yang ada di otak kami sebagai rencana, diving, snorkling, kuliner, hotspot photograph dan mandi matahari. namun hanya snorklinglah yang paling masuk akal dengan keterbatasan itu. baiklah

kami nyebur duluan dengan alat sewaan seharga 50 rb, tak perlu jauh-jauh dan tenggelam kehabisan nafas untuk sekedar menikmati alam bawah laut dan berenang bersama para penyu besar dan ikan-ikan

 berwarna. cuma satu saranku bung, jangan pernah membawa kunci hotel ke dalam laut seperti apa yang dilakukan kawan kami, biar kita tak kehabisan waktu dengan menggu pihak hotel membongkar kunci

kamar, atau nekat mencari benda sekecil itu di tengah lautan, ya seperti apa yang dilakukan kawan kami jg.

betapa waktu menjadi musuh besar kami disana, jika kami berjalan, maka ia berlari memutar hari tanpa peduli, saatnya kami melarikan diri dari buaian ketakjuban atau terjebak bersama peraturan tempat

kerja yg menghakimi. kulihat perlahan tentang prosa pulau itu, kami sangat mencintai negara ini atas segala yg ia punya. langit masih biru dan laut tetaplah jernih, suatu saat kami pasti kembali lagi.

(tanjung batu-berau-batu ampar, sp1, tenggarong, samarinda, balikpapan- kamar- tidur)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © kakilangit