biji kopi

hanya saja yang tertinggal adalah setengah tiang bendera, atau bendera kuning yang terbuat dari kertas pembungkus wajit, lalu waktu menjadi penguasa perempatan jalan, di ujung gang itu dia menghentikan putarannya untuk bertamu ke sebuah warung kopi, kenapa harus warung kopi bung?  ah tak usah di bahas, itu cerita lama kaum pejalan jauh, yang jelas siang itu aku tersedak ampas kopi dan mati di sana, siapapun tak ada yang pernah bermimpi meregang nyawa di tempat seperti itu, dengan cara seperti itu dan dengan keaadaan seperti itu, tragis atau mati konyol. padahal siang tadi baru saja ku menang tender pembangunan komplek pemakaman elite, lihat saja nilai kontraknya bung, kau pasti tak mengira nominal itu adalah cucu-cicit dari pancakaki mata uang yang mengembang, dari tangan ke tangan neracanya bertambah berat, seberat proposal yg sempat ditumpahi kopi panas, bagaimana bisa aku akan membangun perkampungan terakhir para manusia berpangkat dan punya kedudukan tinggi, koruptor pun boleh mati didalamnya jika mau dan membusuk, macam diego hills, orang kampung gak boleh dikubur disini dengan alasan mencemari lingkungan sosial para hantu di kawasan ini, paling-paling jadi pocong, genderewo, kuntilanak dan hantu2 kampungan lainnya, ya di bedakanlaahh, hanya hantu berdasi yang boleh berkeliaran disini, macam drakula atau vampire berparas seperti edward cullen. apa kata pemerintah? excellent, tujuannya untuk menambah daya tarik parawisata negeri ini, sungguh ironis. apapun bisa jadi alasan demi pungli yang sudah menjadi budaya. lantas aku? apaboleh buat bung, tiga tahun jadi kuli pabrik rokok tak meredakan mesin ekonomi untuk berpihak kepadaku, apapun ku kerjakan, yang penting halal. dari bisnis bekicot sampai bartender kelas kupu-kupu kujalani. dan sekarang setelah hampir lunas semua utang-piutang dan tunggakan listrik, ada yang memberi celah selepas pulang dari jumatan dan bertemu kawanan baju hitam berkabung, mereka kelimpungan mencari dimana yang meninggal harus dikebumikan, pihak keluarga enggan menguburkan di komplek pemakaman kampung, alasanya yang mati pejabat penting, dan tidak boleh disatukan bersama mayat para jongos, biar setelah mati masih ada yang nyembah kukira. alasan, kenapa kesombongan masih saja terlalu besar dari tuhan bagi mereka, mungkin yang mati masih butuh fasilitas macam condominium. itu yang menjadi urusanku sekarang, di dalam komplek pemakaman nanti ada cafetaria, hotspot sampai oleh2 dan souvenir cantik, jadi semua hantu pejabat bisa tinggal enak disana, dari TV cable sampai air conditioner kumasukan dalam anggaran belanja. siapa yang goblok ya? peduli amat. yang penting tender sudah ditangan, bung mau apa? kubayangkan ongkos naik haji emak di kampung sudah diujung ubun-2, mang dadang kegirangan karena utang2 makanku di warung nasinya selama 3 bulan lunas, listrik menyala kembali di rumah, dan dapur ngebul sampai asapnya berkobar-kobar ke seantero kampung, ahh hidup seaakan lebih ringan setelah ini, sampai angan-angan itu terbentur di sebuah warung kopi bi imah di ujung gang itu, duduk di bangku kayu berpaku patah dan memesan segelas kopi kental tanpa gula, memang aku tak pernah mengaduk kopi yg telah di seduh itu, suhunya harus 82 derajat celcius dan tak boleh digoyang-goyangkan, wanginya lebih harum dari perempuan hujan tadi siang, sore yang sangat sempurna bersama debu pikiran yang menguap, aku terus membayangkan nilai nominal dalam kontrak, tanpa sadar gelas kaca yang sedikit retak itu telah menjadi katalisator buat lautan kopi di dalamnya, kopi telah dingin dengan cepat, aku terperanjat, bau octan yang terbakar dari knalpot vespa yang lewat menjentikan syaraf2 motorikku untuk menenggak cairan hitam itu, aku kehilangan kendali dan tersedak biji kopi, sekonyong2 ku berentok, mencekik leherku sampai  mati. bagaimana aku memiliki kehilangan atas perbedaan antara orang kaya dan melarat, yang selangkah lagi bisa kuteruskan lewat kartupos ke tangan emakku di kampung. sekarang aku hanya bisa duduk disini, bergelantungan di atas pohon, memandang jauh kedalam tembok raksasa komplek pemakaman elite,  seseorang mencuri proposalku ketika dulu aku ramai-ramai dibopong warga untuk di otopsi, kini bangunan itu telah berdiri megah, orang-orang ramai mengantar keluarga mereka yang kadaluwarsa, hampir tiap hari ada yang mati dan dikubur disana, bahkan ada yang minta di pindahkan kuburannya, biasanya orang2 penting termasuk expatriat, digerbang itu ada selogan "enjoy obituary jakarta", namanya sama seperti yang ada diproposalku " pluchadelict hills". jangan tanya diamana aku dikuburkan bung, tepat di belakang benteng di samping pohon lengkeng, sungguh ironis. memiliki kehilangan seperti mengiris waktu didalam kertas bergambar mata uang dengan wangi bawang, aku bisa merasakan hantu-hantu disana merasa diperlakukan istimewa oleh dunia, tapi tetap saja mereka tak bisa menyogok para malaikat kubur dengan apa yang mereka dapatkan, merekapun memiliki kehilangan..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © kakilangit