cerita pagi #2

pada pagi yang tawar, kutuntun aroma itu ke dalam gelas kaca yang sedikit retak, menenggelamkanya dalam barisan partikel kecil yang bergerak lambat, kuseduh pula rindu itu lewat kata-kata yang mengalir deras di dalam lambung dan usus 12 jari.akupun berlalu menembus lubang pintu yang berderak-derak tersayat angin, wangi tanah selepas hujan telah menyeretku dalam sketsa gerbang waktu yang terlalu cepat datang. ini aku yang dulu pernah mengadili pikiran. seperti membawa peti mati di atas kepala kini terduduk tenang di atas dipan kayu tua dengan sebuah buku .di sebuah halaman belakang yang terbuat dari keringat dan air mata yang asin.. ada namamu dalam setiap daun yang tumbuh, ada namaku dalam setiap daun yg jatuh, bersama kita mengurai cahaya matahari agar tubuhnya berdiri tegak dan seimbang, lalu kita bangun persinggahan di atas dahan-dahan yang kering. rumah yang sederhana namun selalu ada cahaya dari tiap sudutnya, cahaya dari balik matamu yg hangat.
 pijakan pertama aku terdiam, kubutuh kamu untuk membelaku dalam pengadilan hidup, akulah yang menjadi tersangkanya karena telah dengan sengaja mencintai kata-kata, suatu kesalahan yang takkan kusesali. tapi kau tetap diam didalam sampul, ku benamkan dirimu bersama manis pahit kehidupan ke dalam kertas, kususun berulang-ulang, kurekatkan dengan bait, ku jahit dan bungkus dirimu dengan tinta jelaga, diatasnya kutuliskan namamu dengan dengan jelas , biar ku tau selalu ada aku yang menjagamu disana, di atas rak buku dan keinginan untuk tidak membukanya kembali.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © kakilangit